SELAMAT DATANG!!!!

Maaf blog ini hanya untuk manusia, jadi batu, air, upil, jerawat dan sebangsanya tidak diijinkan untuk membaca kecuali bisa menunjukkan jempolnya.

Minggu, 08 Oktober 2017

Halo!

Yak. Benar. Saya mayoNICE datang lagi. Kali ini, saya akan menjelaskan sejelasnya apa yang telah terjadi belakangan ini.

Seperti kata filsuf ternama. "Life is an endless series of train-wrecks with only brief, commercial-like breaks of happiness."

Yup. Hidup lu itu, kayak serangkaian kejadian parah ga karuan dengan beberapa kebahagiaan yang muncul sepert iklan di tipi. Pernah denger? Itu quote dari filsuf yang telah mengalami banyak hal dalam hidupnya. Dia adalah Wade Wilson, atau lebih dikenal dengan nama Deadpool.

Pernah ga kalian merasa, pada suatu titik, hidup kalian itu hanyalah serangkaian FTv siang hari yang sering ditonton sama mamah2 atau para asisten rumah tangga saat istirahat siang? Hidup kalian hanya berpindah dari satu judul ke judul lain. Dalam beberapa bulan, kalian ada pada episode "Cintaku Ketinggalan di Kantin Kampus." Lalu setelah itu berganti ke "Kekasih Salah Alamat." Dan diakhiri pada episode pamungkas "Gelas-Gelas Kaca." Kalian ga tau Gelas-Gelas Kaca? Hapah? Google gih, memalukan.

Mengapa saya dapat berkata seperti itu? Ya karena ternyata hidup ini hanyalah serangkaian drama yang susul-menyusul, satu episode ke episode lain. Dengan beberapa selingan moment-moment kebahagiaan. Persis seperti kata Mas Wade.

Pada postingan kemarin saya sempat bercerita tentang lowest low of my life kan? Namun belum sempat memberikan penjelasan. Kali ini saya akan mencoba menjelaskan, sebenarnya apa sih yang terjadi. Apa sih yang bikin saya menyimpulkan bahwa itu adalah titik terendah dalam hidup? Mungkin aja saya hanya ge-er. Sebenarnya peristiwa itu hanyalah hal biasa, dan saya yang terlalu mendramatisir? Bisa, bisa jadi. tunggu lah. Akan saya ungkap semua, akan saya bongkar sedalam-dalamnya, akan saya iris-iris, dengan Silet. *Lalu zoom in ke mata melotot, zoom out secara dramatis*

Sebelum masuk pada Cerita Utama, saya akan memberikan Cerita pendahuluan. Agar kalian semua  memahami setiap peristiwa yang saya alami. Istilahnya memberikan background agar kalian mendapat sudut pandang saya dalam menyingkapi beberapa hal yang saya alami. 

Oke tanpa berbelit-belit, saya mulai ceritanya.

Pada suatu hari.......

CERITA PENDAHULUAN


Sebaiknya saya cerita dari mana ya. Hem....

Ah, kalian ingat tentang gadis yang saya temui di acara lari? Yup the special girl that could make my heart skip a beat setiap melihatnya. Jadi saya dan dia memutuskan bahwa kami spesial untuk satu sama lain. Berkomitmen untuk menjadi seseorang satu-satunya yang spesial di hati masing-masing.

Ya, kami berpacaran.

Selama proses berpacaran itu, saya bahagia. Dia juga mengaku bahagia tanpa paksaan atau tekanan dari siapapun. Lalu, dalam beberapa kesempatan, saya mengungkapkan bahwa tidak ada lelaki yang mampu berteman secara murni dengan seorang wanita. Lelaki selalu menyimpan perasaan suka ataupun nafsu terhadap teman wanitanya. Tidak ada yang murni berteman.

Itu salah satu kesimpulan yang saya buat setelah hidup selama 27 tahun, waktu ngomong gitu saya masih umur 27, dengan pengalaman bergebet dan berteman dengan banyak orang. Saya menyimpulkan bahwa lelaki yang berteman akrab dengan wanita, pastilah mereka punya sejarah tersendiri. Entah mereka mantan pacar, mantan gebetan, mantan calon gebetan, atau mantan cinta bertepuk sebelah tangan. Kalian boleh diam sejenak dan memikirkannya, coba inget-inget teman akrab kalian, dan coba tarik kesimpulan dari sana. Untuk wanita saya ga terlalu paham, karena saya lelaki tulen, dan saya blm mampu memecahkan rumitnya pemikiran wanita. Untuk wanita, boleh-boleh saja menanyakan ke teman akrabnya yang cowok, apakah dia pernah atau masih punya perasaan spesial ke anda. Boleh dicoba. Dites, hasilnya kirim email ato tulis di komentar ya. Saya jg penasaran hahahahhaha

Oke lanjut.

Saya berkata seperti itu tidak ujug2 ngomong, tetapi karena ada suatu permasalah yang menurut saya cukup serius. Dia punya teman akrab, cowok, yang sudah dekat sejak SMP. Kalo ga salah SMP. Mereka sangat dekat, hingga cowok itu pernah mengaku, bahwa cowok itu akan menjaga dia seperti menjaga adeknya sendiri. Classic Kakak-Adek case ya.

Setelah saya ungkapkan seperti itu, dia ga percaya. Katanya ga mungkin cowok itu punya rasa, soalnya cowok itu pernah punya pacar. Dan pacarnya itu kriterianya jauh banget dari dia. Jadi ga mungkin tu cowok naksir. Gitu menurutnya.

Setelah beberapa kali diskusi, kami mengalami remis. Dia keukuh ga percaya, tapi ga mau nanya buat membuktikan. Saya keukuh pada teori awal, namun gimana mau membuktikan, la wong saya ga kenal tu cowok. Oke, seperti yang kalian tahu, berdebat tanpa dasar itu ga guna, apalagi sama pacar kan. Saya sudahi saja. Tapi perkataan saya ternyata cukup melekat di kepala dia. Tapi dengan pesan yang berbeda. Pesan yang dia tangkap adalah, saya cemburu sama teman dekatnya. *JRENG JRENG JRENG*

Okelah, saya memang pencemburu. Belum tahap pencemburu berat, saya selalu berusaha rasional, jadi setiap cemburu saya selalu beralasan rasional pula. Dalam hal ini, saya cukup yakin bahwa cowok itu memang naksir. Namun belum bernyali untuk ngaku.

Selesai itu, beberapa kali kami berdebat masalah teman cowok ini. Dia benar-benar tidak bisa melihat niatan tersembunyi dari para cowok yang menjadi teman dekatnya. Terutama yang jomblo, kalo yang sudah berpacar sih saya agak cuek. Dan saya benar-benar bisa membaca arah tujuan dari para cowok itu. Kenapa? Karena saya pun seperti itu saat naksir cewek. Terutama waktu masih ngampus dulu. Dengan berbagai modus operandi, inti dari tindakan mereka sama persis dengan saya.

Namun karena dia keras kepala, dia ga percaya begitu saja. Alasannya karena dia tidak merasa dispesialkan oleh mereka. Namun apalah dia dibandingkan dengan pengalaman saya menggebet begitu banyak cewek dan ditolak berkali-kali? Yah perdebatan sengit selalu muncul saat membahas teman dekat ini.

Diapun sebenarnya punya problem khas cewek yang saya taksir. Susah akrab sama sesama cewek, dan merasa berteman dengan cowok itu lebih ringan dalam hal beban pikiran dan hati. Saya akuin, berteman dengan cowok itu lebih simple. Mereka bilang A ya A, jarang berarti B. Namun karena cowok itu simple, saya jadi mudah membaca cara berpikir mereka. hahahhahahhaah

Karena hal ini muncul cukup sering. Dia pun marah, bagaimana dia bisa berteman dengan orang baru kalau saya seperti ini. Sebenarnya saya oke saja dia berteman dengan orang baru, cowok pun g masalah, sampe akrab pun ga masalah. Masalah yang cukup mengganjal buat saya sebenarnya, dia jarang mengenalkan saya ke teman-temannya, terutama yang cowok. Kalo yang cewek sih sudah sering. Beberapa kali saya menamani mereka jalan-jalan. Oke-oke saja, tapi yang cowok ini ga pernah. Katanya cowok-cowok itu tukang gosip, dan suka sensi.

Pernah saya bertemu dengan teman-teman cowoknya, tanpa rencana. Jadi saya berniat jalan sendiri, dan dia jalan dengan teman-temannya. Ga sengaja ketemu, lah mereka aneh banget. Kayak menghindari gitu. Iya kalo saya sok cool, diem ga ngomong apa-apa kan. La saya itu ngajak ngobrol, tapi tanggapannya mengecewakan. Maka dia pun menyerah, menganggap bahwa teman-teman cowoknya ga bakal bisa nyambung dengan saya.

Kejadian-kejadian itu ternyata cukup membekas di pikirannya. Dia sempat kesal karena kesulitan berteman. Dan saya semakin mempersulit dia. 

Itu salah satu faktor yang berperan dalam cerita utama.

Faktor lain, adalah orang tuanya. Orang tuanya cukup keberatan mengetahui bahwa anak perempuan meraka dekat dengan saya. Mungkin bisa dipahami karena memang jarak umur kami cukup besar, yaitu 7 tahun. Yup 7 tahun sebenarnya g terlalu besar juga. Kita sering melihat ada lelaki umur 40 menikah dengan wanita umur 25. Mereka bahagia, dan aman saja meski beda umurnya 15 tahun.

Tapi itu hanya masalah persepsi, coba bila ceweknya umur 17, atau 18 tahun. Beda umurnya tetap 15 tahun, jadi cowonya umur 32 tahun. Terasa berbeda kan? Padahal di kedua kasus beda umur sama-sama 15 tahun. Ya, itu lah, makanya saya maklum pada orangtuanya. Saat anak gadisnya mengaku dekat dengan saya. Dia baru saja merayakan ultahnya yang ke 18. Dan saya saat itu berumur 25 tahun. Cukup bisa dipahami ya.

Selain masalah umur, mereka cukup keberatan karena saat itu, kami berbeda agama. Agak old school alesannya, tapi yaaaa masih bisa dipahami lah ya.

Saya pribadi sebenarnya agak tertarik dengan ajaran agamanya dia. Jadi saat akhirnya kami berpacaran, perlahan saya belajar, sambil nunggu waktu yang tepat dan hati yang mantap untuk akhirnya berpacaran dalam satu payung agama.

Dari cerita pengantar ini saja, kalian bisa membayangkan, kehidupan saya kalo jadi FTv itu udah berapa judul. hahahahhaaha Untuk sementara, saya merasa pendahuluannya cukup. Bila nanti ada yang perlu saya tambahkan, akan ditambahkan langsung di cerita, flashback gitu lah. hahahahahaha

Sementara ini dulu ya.

Tunggu episode akan datang.

Bhabhay.